Probolinggo , Kabarprobolinggo.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo melalui Dinas Pertanian (Diperta) terus menunjukkan komitmennya dalam penanganan Dampak Perubahan Iklim (DPI) tanaman pangan, holtikultura dan perkebunan. Upaya ini diwujudkan dalam rangka penerapan antisipasi bencana pertanian bagi para petani di Desa Sumbersecang Kecamatan Gading, Senin (19/5/2025).
Kegiatan yang dipimpin oleh Plh Kepala Bidang Sarana Penyuluhan dan Pengendalian Pertanian Diperta Kabupaten Probolinggo Evi Rosella didampingi narasumber dari UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura dan JF Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) ini diikuti 35 orang peserta terdiri dari Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Gading, Sekretaris Desa Sumbersecang dan anggota kelompok tani.
Kepala Diperta Kabupaten Probolinggo Arif Kurniadi melalui Plh Kepala Bidang Sarana Penyuluhan dan Pengendalian Pertanian Evi Rosella mengatakan perubahan iklim membawa dampak signifikan terhadap produktivitas sektor pertanian.
“Dampak tersebut meliputi penurunan hasil panen, pergeseran musim tanam hingga peningkatan risiko serangan hama dan penyakit. Tidak hanya itu, ketersediaan air yang terganggu dan rusaknya kualitas lahan juga menjadi tantangan besar bagi para petani,” katanya.
Evi menjelaskan kegiatan ini dirancang untuk mengurangi risiko kegagalan panen akibat bencana alam atau serangan organisme pengganggu tumbuhan. “Edukasi menjadi langkah penting untuk memperkuat ketahanan sektor pertanian,” lanjutnya.
Diperta menggelar kegiatan ini dalam empat tahap, mencakup wilayah pertanian yang memiliki potensi produksi tembakau seperti Kecamatan Gading, Kraksaan, Besuk dan Bantaran. Empat pertemuan tersebut terdiri dari pengenalan DPI dan potensi bencana pertanian, pelatihan pembuatan pupuk organik untuk menekan emisi gas rumah kaca, praktek pembuatan agensi hayati dan pestisida nabati sebagai solusi pengendalian hama ramah lingkungan serta evaluasi dan tindak lanjut dari pelaksanaan ketiga pertemuan sebelumnya.
“Tahapan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang menyeluruh bagi petani terkait adaptasi terhadap perubahan iklim sekaligus penerapan langsung di lapangan,” jelasnya.
Menurut Evi, strategi adaptasi yang diperkenalkan meliputi pemanfaatan informasi cuaca dari BMKG untuk menentukan waktu tanam yang tepat, penggunaan varietas tanaman tahan iklim ekstrem hingga pengelolaan air dan tanah berbasis teknologi. “Pendekatan ini bertujuan mengurangi kerentanan petani terhadap ketidakpastian iklim,” jelasnya.
Lebih lanjut Evi menerangkan strategi mitigasi menekankan pada penggunaan teknologi ramah lingkungan seperti pupuk organik dan pestisida alami. Selain itu, teknologi pengelolaan lahan rendah emisi juga mulai diperkenalkan untuk mendukung praktik pertanian berkelanjutan.
“Penerapan pertanian yang tidak hanya produktif, tetapi juga ramah lingkungan menjadi kunci dalam menjaga keberlangsungan produksi pangan. Petani kita harus diberi pengetahuan yang cukup untuk bisa beradaptasi secara mandiri,” tambahnya.
Evi menambahkan pentingnya sinergi antara pemerintah, petani dan berbagai pemangku kepentingan lainnya. Keberhasilan dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja.
“Dengan kolaborasi dan kesadaran bersama, kita bisa menjaga produktivitas pertanian dan ketahanan pangan daerah. Kegiatan seperti ini akan terus kita perluas agar seluruh wilayah pertanian di Kabupaten Probolinggo siap menghadapi tantangan masa depan,” pungkasnya. (*/Sudar)
0 Comments